KOTA - Air yang menjadi kebutuhan dasar manusia, keberadaannya saat
ini kian memprihatinkan. Ancaman krisis air di depan mata jika
pencemaran sungai dan penghilangan sumber mata air dan daerah resapan
air di Pati terus berlangsung.
Keprihatinan itu disampaikan Komunitas Boemi Pati melalui visualisasi foto dan pesan moral yang terpampang di Gedung Veteran.
Itu sebagai rangkaian peringatan Hari Bumi yang sebelumnya diisi dengan pawai kostum daur ulang sampah dan festival gua dan air di Gua Pancur.
“Persoalan air selama ini kerap menjadi pembicaraan oleh banyak kalangan. Tetapi melalui kegiatan ini, kami berupaya membangun kesadaran bersama untuk bertindak sederhana dengan menghargai dan menjaga air,” ujar Ketua Panitia Hari Bumi Haris Rubiyanto, kemarin.
Visualisasi foto tentang air tidak sebatas di seputar sungai, tetapi juga di sejumlah sumber mata air pegunungan. Kondisi yang terpotret mencengangkan, karena ulah manusia.
Pembuangan sampah sembarangan, terlebih di tempat-tempat itu yang menjadi pusat air terpampang jelas. Perilaku ini diharapkan menjadi pelajaran berharga bagi semua warga di Pati dan sekitarnya.
Fakta yang ada saat ini, sampah masih mendominasi di berbagai alur sungai di Bumi Mina Tani. Termasuk sumber mata air, keberadaan sampah juga masih saja terlihat.
Belajar dari Alam
“Air merupakan sumber penghidupan, jadi semua pihak tanpa terkecuali hendaknya ikut menjaga keberadaannya. Fungsi sungai sebagai tempat aliran air sejatinya juga tidak dicemari limbah perusahaan ataupun rumah tangga yang tidak ramah lingkungan,” tegasnya.
Selain mengingatkan betapa penting air, Komunitas Boemi juga mengajak masyarakat untuk belajar bersama dengan alam dan masa lalu, terutama di Pegunungan Kendeng Utara. Tempat tersebut tidak hanya menyuguhkan eksotisme bentang alam yang menawan, tetapi juga menyimpan sejarah panjang.
Peradaban masa lalu juga menjadi daya tarik tersendiri untuk diikuti.
Karena dugaan ke arah sana kian kuat, tidak sedikit penemuan benda yang diduga fosil dan artefak. Dan yang paling fenomenal penemuan candi berstruktur batu bata di Kayen. (H49-57)
http://www.suaramerdeka.com
Keprihatinan itu disampaikan Komunitas Boemi Pati melalui visualisasi foto dan pesan moral yang terpampang di Gedung Veteran.
Itu sebagai rangkaian peringatan Hari Bumi yang sebelumnya diisi dengan pawai kostum daur ulang sampah dan festival gua dan air di Gua Pancur.
“Persoalan air selama ini kerap menjadi pembicaraan oleh banyak kalangan. Tetapi melalui kegiatan ini, kami berupaya membangun kesadaran bersama untuk bertindak sederhana dengan menghargai dan menjaga air,” ujar Ketua Panitia Hari Bumi Haris Rubiyanto, kemarin.
Visualisasi foto tentang air tidak sebatas di seputar sungai, tetapi juga di sejumlah sumber mata air pegunungan. Kondisi yang terpotret mencengangkan, karena ulah manusia.
Pembuangan sampah sembarangan, terlebih di tempat-tempat itu yang menjadi pusat air terpampang jelas. Perilaku ini diharapkan menjadi pelajaran berharga bagi semua warga di Pati dan sekitarnya.
Fakta yang ada saat ini, sampah masih mendominasi di berbagai alur sungai di Bumi Mina Tani. Termasuk sumber mata air, keberadaan sampah juga masih saja terlihat.
Belajar dari Alam
“Air merupakan sumber penghidupan, jadi semua pihak tanpa terkecuali hendaknya ikut menjaga keberadaannya. Fungsi sungai sebagai tempat aliran air sejatinya juga tidak dicemari limbah perusahaan ataupun rumah tangga yang tidak ramah lingkungan,” tegasnya.
Selain mengingatkan betapa penting air, Komunitas Boemi juga mengajak masyarakat untuk belajar bersama dengan alam dan masa lalu, terutama di Pegunungan Kendeng Utara. Tempat tersebut tidak hanya menyuguhkan eksotisme bentang alam yang menawan, tetapi juga menyimpan sejarah panjang.
Peradaban masa lalu juga menjadi daya tarik tersendiri untuk diikuti.
Karena dugaan ke arah sana kian kuat, tidak sedikit penemuan benda yang diduga fosil dan artefak. Dan yang paling fenomenal penemuan candi berstruktur batu bata di Kayen. (H49-57)
http://www.suaramerdeka.com
0 komentar:
Posting Komentar