(Jateng Headline - PATI) Sekitar 80 an petani tambak di Desa Pangkalan,
Kecamatan Margoyoso, Kabupaten Pati, Jawa Tengah mengeluhkan pembuangan limbah industri tepung tapioka yang sembarangan. Pembuangan limbah insustri tapioka yang sembarangan ke sungai, membuat airnya menjadi parah dan akibatnya ikan dan udang tambak menjadi mabuk dan mati.
Hal itu dikatakan oleh petani tambak, Supaidi, bahwa air sungai yang mengalir ke tambak-tambak bercampur limbah pembuatan tepung tapioka atau yang biasa disebut lindur
telah membunuh ribuan ikan bandeng milik petani tambak di desanya.
“Tambak disebelah milik saya ini ikannya mati gara-gara
memasukkan air pasang yang bercampur lindur. Totalnya sekitar 6.500 ikan
bandeng yang baru berbobot 0,5 ons per ekor. Ya sekitar Rp 20 juta ruginya, kira-kira satu minggu ini, ” jelas Supaidi.
Lanjutnya, limbah
tepung tapioka yang mengalir sampai aliran sungai tambak di Desa Pangkalan
berasal dari sentra industri tepung tapioka dari Desa Ngemplak Kidul dan
sekitarnya.
“Memang ada sih
kompensasi dari pengusaha tapioka, namun nilainya tak sebanding dengan ancaman
yang kami terima yaitu dengan matinya ikan-ikan di tambak. Padahal luas tambak disini
kan sekitar 140 hektar,” keluhnya.
Saat ini, untuk
mengantisipasi kandungan zat berbahaya yang terkandung dalam limbah tapioka
para petani hanya bisa membuat tampungan air yang fungsinya untuk mengendapkan
limbah. Setelah jernih dan dirasa tidak mengandung lindur baru dimasukkan dalam
tambak.
“Yang paling bahaya
yaitu pada pasang pertama Mas. Ya antara pukul 08.00 hingga 09.00 pagi lah. Biasanya
tiap jam-jam tersebut banyak warga yang mengabil ikan dari laut yang mati di
sungai,” beber pria berusia 56 tahun tersebut.
Supaidi juga
menjelaskan, kejadian tersebut sudah berlangsung sejak Bulan Maret lalu dan
bisa berlanjut hingga Bulan Agustus mendatang.
“Saat ini memang waktu
yang produktif untuk giling ketela. Biasanya sih kalau sedang krisis air,
lindur tersebut banyak dimanfaatkan petani padi untuk mengairi sawahnya. Tapi sekarang
kan masih banyak air, jadi limbahnya ya sampai di tambak Mas,” tutur pria yang
sudah menggeluti budidaya ikan di tambak sejak 20 tahun terakhir itu.
Kini, Supaidi dan 80
petani tambak lainnya yang ada di Desa Pangkalan hanya bisa pasrah dengan
kondisi tersebut. Pihaknya berharap ada solusi dari pemerintah agar masalah
limbah tapioka tersebut bisa teratasi. Sementara, pihak Badan Lingkungan Hidup (BLH) Pati sejauh ini belum ada tindakan sama sekali.
0 komentar:
Posting Komentar