(Jateng
Headline – PATI) Ironis dan memprihatinkan, mungkin
kata yang tepat untuk keberadaan halte bambu di sepanjang jalan lingkar. Pengalihan jalur bus antar
kota antar provinsi yang harus melewati jalan lingkar, yang tidak
diimbangi dengan kesiapan infrastruktur, tentunya sangat merugikan. Pengguna bis tersebut harus rela kepanasan dan kehujanan jika turun atau menunggu bis dikarenakan belum adanya halte yang
representatif.
Ada 4
titik yang seharusnya ada halte yaitu pertigaan Widorokandang, perempatan Ngantru, perempatan Tanjang dan pertigaan Sokokulon. Ironisnya, justru warga sekitar yang mendirikan halte dari bambu sebagai bentuk sindiran pada pihak terkait di Pemkab
Pati.
“Kami sebagai warga Sokokulon yang berdekatan dengan pertigaan lampu merah terkadang sangat kasihan dengan penumpang bis yang turun maupun yang akan naik. Jika
panas,
kepanasan dan jika hujan kehujanan dikarenakan tidak adanya halte yang
representatif. Oleh karena itu saya menghimbau pada pihak terkait di Pemkab
Pati ketika membuat kebijakan seharusnya
diimbangi dengan ketersediaan
infrastrukturnya. Tidak seperti ini, kebijakan pengalihan jalur sudah dimulai namun halte saja belum ada. Masyarakat
kecil lagi tentunya yang dirugikan,” tegasnya.
Selanjutnya warga berharap secepatnya halte bisa didirikan oleh pihak terkait
Pemkab Pati. Dikarenakan fasilitas umum semacam halte sangatlah penting agar angkutan umum juga berdisiplin menaikkan dan menurunkan
penumpangnya.
Pengalihan jalur oleh Dishubkominfo Pati Dan Satlantas
Polres Pati yang tidak disertai dengan
kesiapan infrastruktur ini tentu menimbulkan
respon dari masyarakat. Masyarakat kecil lagi yang terkena imbasnya. Seharusnya pengalihan tersebut memang
diikuti dengan persiapan yang matang, dengan diberikannya halte yang representatif.
“Kami bersama warga membuat
halte dari bambu, kasihan melihat penumpang jika menunggu bis. Kami gotong
royong membuat halte ini, dan dari uang iuran,” jelas warga sekitar perempatan
Tanjang yang tidak mau disebut namanya.
Sementara M. Markum
warga Desa Sokokulon juga prihatin dengan kondisi tersebut.
Markum juga menambahkan
lambatnya respon pihak terkait. Dia juga
sangat menyesalkan keadaan tersebut, yang sudah hampir 6 bulan namun tidak ada
penanganan.
0 komentar:
Posting Komentar