Hebat,,,Dialek Pati Jadi Perhatian Kalangan Akademik


(Jateng Headline – PATI) Kabupaten Pati, Jawa Tengah kaya akan seni, tradisi dan budaya serta cerita rakyat hampir di semua desa. Kekayan tersebut juga berimbas pada dialek ataupun logat khas Kabupaten Pati.  Dialek Pati pun menjadi ciri yang sangat khas yang kemudian menjadi dikenal oleh publik. 

Kalimat "Lapo leh", "Ojo Ngono go". Kalimat tak beraturan yang meluncur dari setiap insan yang lahir dan besar di Kabupaten Pati.  Untuk itulah timbul gagasan untuk membahas dialek khas Pati tersebut, dengan diskusi yang digelar di Pendopo Kemiri, Desa Sarirejo, Kecamatan Pati kota, Rabu (10/6/2015).

Salah satu penulis asal Pati, Masruri ini sontak membuat hadirin di Pendapa Kemiri terpingkal. Selorohan yang  memantik bisik-bisik di antara mereka yang hadir dalam diskusi terfokus (FGD) di Pendapa Kemiri untuk saling mengungkap bahasa Jawa khas Pati lain, seperti mberah (banyak), lebi (tutup), tlothok (keturunan), dosok (menaruh) dan sebagainya.
Pria asal Desa Sirahan, Kecamatan Cluwak tersebut membeber kalimat dari campuran bahasa Betawi dengan Jawa dialek Pati bukan sekadar mengada-ada. Ucapan kocak ini didapatkannya dari para perantau asal kampungnya yang mudik saat Lebaran.
Meskipun "leh" dan "go" jamak bagi warga Pati karena merupakan bagian dari bahasa sehari-hari, namun tetap saja ketika dibahas dalam forum diskusi menjadi menarik. Setidaknya senyum pun mengembang sebagai perasaan bangga atau mungkin perasaan lain, yang seperti tidak percaya kekhasan dialek Pati terkadang mengundang tawa.
FGD bertajuk "Njagong Bareng Babakan Bahasa Jawa Khas Pati" yang digelar Universitas Muria Kudus (UMK) yang bekerjasama dengan Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Pati kali ini sengaja membeber bahasa Jawa khas Bumi Mina Tani. Diskusi cair, tanpa sekat, dan meluncur santai menjadi kemasan untuk lebih mengungkap keunikan dan kekuatan serta aspek filosofis dialek Pati.
Kemasan diskusi yang dipandu Kasi Budaya dan Seni Disbudparpora Pati, Soponyono tidak sekaligus menanggalkan keseriusan dan kesakralan dalam mengkaji bersama budaya lokal. Apalagi, acara berlangsung di tempat yang merupakan cikal bakal Pati, yakni di lokasi yang kini menjadi Situs Kemiri. 
Dalam kesempatan itu, berbagai unsur hadir, mulai dari akademisi, instansi terkait, budayawan, sastrawan, pendidik, penulis, jurnalis, hingga mahasiswa serta pemerhati sosial dan budaya. Mayoritas mereka berasal dari Pati. Adapun mereka yang berasal dari luar Pati, setidaknya memiliki ketertarikan dan pemahaman atas tanah Pesantenan.
Nara sumber FGD, Amir Machmud NS menyebut, dialek bahasa Pati merupakan kekayaan khazanah dialek di Jawa Tengah. Dialek ini juga sekaligus kearifan lokal yang patut dilestarikan, terlebih jika dikaitkan dengan makna sejarah Pati.
"Jangan-jangan, dialek Pati adalah simbol lokalitas yang tidak begitu saja diucapkan sebagai khazanah kultural. Tetapi memang ada latar sejarah dan semangat dekonstruksi sebagai perlawanan kultural terhadap hegemoni kekuasaan pada masa itu," ujarnya.
Dia mengatakan, perlu ihtiar bersama untuk merawat dan melestarikan dialek Pati. Media dapat berperan dalam misi tersebut mengingat masih memungkinkan menjadi ruang ekspresi bersama, baik dalam bentuk formal maupun rubrikasi.
Peneliti bahasa Jawa pesisiran, Ahdi Riyono dosen UMK  mengatakan, sebagai daerah di pesisir timur Jawa Tengah, jauh dari pusat kebudayaan Jawa Solo dan Yogyakarta, Kabupaten Pati menyimpan sejumlah keunikan. Sejarah Pati yang selalu dikaitkan dengan pertentangan dengan Kerajaan Mataram Islam, bahkan sampai memunculkan ipat-ipat, bawah wong Pat orak keno kawin karo wong Mataram.
Di luar itu, Pati juga kaya akan cerita rakyat yang berkembang di masyarakat, tradisi dan budaya, serta bahasa Jawanya.
"Isolek varian bahasa Jawa Pati perlu dipertahankan dan dilestarikan sebagai identitas masyarakat Pati. Untuk itu perlu pengkajian lebih lanjut dengan dukungan penuh pemkab," tandas Sekretaris Pusat Studi Kebudayaan Lembaga Penelitian UMK ini.
Sebagai universitas kebudayaan, UMK sangat konsen dengan kekayaan budaya lokal. Wakil Rektor I UMK Dr Ahmad Hilal Madjdi mengemukakan, perlu langkah lebih lanjut dalam membedah dan mengkaji kekayaan budaya berupa bahasa Jawa Pati.
"Bahasa menyatu dengan perilaku. Jadi, tidak sebatas alat komunikasi dan interaksi, namun juga berpengaruh bagi pola kehidupan," katanya yang hadir didampingi Wakil Rektor IV UMK Drs Muh Syafei MPd.
Salah satu pembicara dalam dikusi dialek Pati di Pendopo Kemiri






















Share on Google Plus

About pati streaming

This is a short description in the author block about the author. You edit it by entering text in the "Biographical Info" field in the user admin panel.

0 komentar:

Posting Komentar