(Jateng Headline - PATI) Wilayah Kabupaten Pati, memiliki areal lahan pertanian
yang luas. Diwilayah ini masyarakatnya moyoritas menggeluti pekerjaan mulai
dari sektor pertanian, perikanan, kelautan dan sebagainya. Karena itu Kabupaten
Pati, lebih dikenal dengan sebutan Kota
Bumi Mina Tani. Selain itu, salah
satu daerah yang terletak di jalur Pantura itu, juga dikenal sebagai daerah
penghasil buah-buahan dari sektor perkebunannya yang mempunyai kualitas
unggulan.
Salah satu buah
unggulanya Jeruk Pamelo dari Kecamatan Gembong, yang kini sering mewakili Pati
dalam berbagai pameran tingkat nasioanl. Namun, tidak hanya Jeruk Pamelo saja,
tetapi Kabupaten Pati juga dikenal sebagai kota penghasil kelapa kopyor dan
buah jambu air yang juga mempunyai kwalitas
unggulan.
Kali ini, kita akan
menengok wilayah pengahasil
buah jambu air di Kecamatan Kayen. Buah jambu asal daerah di wilayah Pati selatan tersebut, selain
memiliki rasa yang manis, saat ini buah jambu air asli Kayen
ini juga sudah merambah pasaran lokal.
Jika kita mengunjungi
Dukuh Bukung yang terletak di Desa/Kecamatan Kayen, maka kita akan
melihat aktifitas warga
yang sibuk sedang menyortir buah jambu air. Karena
di Dukuh Bukung ini merupakan penghasil buah jambu air yang dapat dikatakan terbesar di
Kabupaten Pati. Oleh karena itu di wilayah ini dikenal sebagai daerah sentra penghasil
buah jambu air.
Sedikitnya ada puluhan
warga di dukuh bukung yang berprofesi
sebagai tengkulak buah jambu air. Mereka mendapatkan jambu air dari para warga yang memiliki pohon jambu, atau dari para petani jambu yang berada di dekat wilayah tersebut.
Meski tidak banyak perkebunan jambu tetapi
setiap musim panen hasil jambu dari Kecamatan
Kayen ini dapat berlimpah dan bisa dijual keluar daerah.
Salah seorang tengkulak jambu air, Karsani asal Desa Kayen,
Dukuh Bukung mengatakan buah jambu air
merupakan buah musiman karena itu setiap masa panen banyak warga ditempat
tinggalnya menjadi tengkulak jambu.
“Biasanya masa panen
buah jambu air ini adalah bulan April hingga
Agustus,” jelas Karsani.
Karsani juga
menjelaskan, tidak untuk mencukupi kebutuhan lokal Pati saja, buah jambu air ini biasanya dikirim untuk
dipasarkan ke berbagai kota di Jawa Tengah seperti Solo, Kendal, Tegal,
Pekalongan bahkan sampai Jakarta.
Di Jawa Tengah, jambu air asal asli Kayen ini dikenal
mempunyai rasa yang manis namun masih kalah pamor jika dibandingkan dengan Jambu Delima asal
Demak. Meski demikian, di pasaran jambu air asal Kayen
ini sudah mulai bisa bersaing dengan buah jambu dari daerah lain termasuk jambu air dari Demak.
“Untuk rasa, sebenarnya
tidak kalah jauh dengan jambu air asal Demak. Mungkin karena jambu asal Demak
lebih dulu dikenal dipasaran, jadi masyarakat lebih mengenal Jambu Delima ketimbang jambu air dari Kayen. Tetapi saat ini jambu air dari kayen mulai banyak diminati,
terbukti sekarang permintaan dari para pedagang diluar kota sudah banyak yang mulai
berdatangan,” ungkap Karsani sambil menyortir jambu.
Tingginya permintaan
dipasaran terkadang membuat kualahan para tengkulak karena di wilayah Kayen
tidak ada perkebunan jambu air. Biasanya
para tengkulak hanya mendapatkam jambu milik warga
yang tumbuh di pekarangan rumah dan bukan dari hasil perkebunan.
“Sebebnarnya permintaan jambu untuk dikirim keluar kota cukup tinggi,
tetapi kendalanya adalah ketersediaan buahnya. Karena di Kayen ini belum ada
perkebunan yang khusus menanam buah jambu air. Kalaupun
ada, kebun jambu air tersebut tidak terlalu luas,”
jelas pria yang baru berusia 39 tahun tersebut.
Karena itu Karsani berharap
untuk meningkatkan potensi jambu air ini harus
mendapatkan perhatian dari dinas terkait dengan menggalakkan perkebunan jambu air.
“Harapanya kedepan agar
pemkab dapat memberikan trobosan dan harus bisa dapat meliahat potensi dari jambu air ini. Dan
harapan kedepan agar jambu Kayen ini juga bisa bersaing dipasaran dengan
buah-buah unggulan dari daerah lain,” ungkapnya penuh harap.
Jambu air dari Kecamatan Kayen, mulai jadi kompetitor jambu Demak |
0 komentar:
Posting Komentar