(Jateng Headline - JOMBANG) Muktamar ke-33 Nahdlatul
Ulama (NU) di Jombang, Jawa Timur, sejumlah karya kiai pesantren dikaji dan dipelajari. Salah
satunya, karya kyai asal Pati, almarhum KH. Sahal Mahfudh, Rais ‘Am PBNU, yang meninggal
pada Januari 2014.
Karya dan pemikiran Kiai Sahal dikaji oleh Fiqh Sosial
Institute (FISI) STAI Mathali’ul Falah Pati, di Pesantren al-Aqobah, Jombang, Jawa Timur,
pada Senin (03/08/2015).
Selama dua tahun terakhir, FISI
STAIMAFA sangat getol mengkaji karya Kiai Sahal Mahfudh. Hasilnya, dua buku
terbit sebagai produk pemikiran dan gagasan: “Epistemologi Fiqh Sosial” (terbit
pada 2014) dan “Metodologi Fiqh Sosial” (2015). Bedah buku yang mengkaji
pemikiran Kiai Sahal ini, dihadiri oleh Dr. Abdul Muqsith Ghozali (Dosen UIN
Jakarta) dan Dr. Jamal Ma’mur Asmani (Dosen STAIMAFA Pati).
“Almarhum Kiai Sahal merupakan Rais
‘Amm yang paling pas menurut AD/ART NU. Yakni memenuhi kriteria sebagai faqih,
muharrik, munaddhim, dan wira’i. Menurut saya, di bidang fiqh, Kiai Sahal sudah
melampaui itu. Karena, beliau sedikit kiai yang sangat menguasai ushul fiqh,” ungkap Muqsith Ghozali.
Dalam pandangan Muqsith, Kiai
Sahal merupakan kiai yang memiliki strategi cerdas dan mampu berdialog dengan zaman.
Muqsith juga sangat mengapresiasi
strategi manajemen Kiai Sahal yang mampu mengelola pesantren yang dekat dengan
kebutuhan masyarakat sekitar.
“Untuk melihat penerapan fiqh sosial, maka
datanglah ke Kajen, Pati. Di Kajen, ada madrasah, perguruan tinggi, rumah
sakit, lembaga ekonomi. Sangat lengkap, inilah visi jangka panjang yang menjadi
perhatian Kiai Sahal,” terang Muqsith.
Sementara, dalam pandangan moderator,
Neng Tutik Nurul Jannah, M.Ed, Kiai Sahal merupakan sosok yang sederhana dan
bijaksana. “Kiai Sahal itu orang yang sangat kami kagumi, karena kedalaman
keilmuan, kesederhanaan dan kebijaksanaan beliau,” terang Neng Tutik, yang
merupakan menantu Kiai Sahal.
Pembicara lainnya, Dr. Jamal Ma’mur
memiliki banyak pengalaman pribadi tentang Kiai Sahal. Jamal merupakan santri
Kiai Sahal, yang serius meneliti pemikiran dan kiprah sosial Kiai Sahal.
“Kiai
Sahal merupakan salah satu ulama yang mampu berpikir jauh ke depan. Beliau tidak
hanya membaca satu varian keilmuan, akan tetapi membaca segala ragam buku yang
memungkinkan untuk mendapatkan informasi yang beragam,” terang Jamal.
Bedah buku ini, merupakan
lanjutan dari agenda Fiqh Sosial Institute, yang sebelumnya di IBAFA Tambak
Beras. FISI STAIMAFA juga membuka pameran karya-karya Kiai Sahal di Stand Depan
Makam Kiai Wahab Chasbullah Tambak Beras, Jombang, selama penyelenggaraan
Muktamar ke-33 NU.
Kajian karya KH. Sahal Mahfud di Pesantren al-Aqobah, Jombang, Jawa Timur, pada Senin (03/08/2015). |
0 komentar:
Posting Komentar