(Jateng Headline - PATI) Rangkaian kegiatan sedekah bumi dan tasyakuran Kantor Kelurahan Pati
Lor di tahun 2015 memang tidak hanya dilakukan pada satu tempat saja. Setelah sebelumnya sudah dimulai pada Sabtu (22/8/2015) di Makam Troyudo dan Petilasan Kleco,
Kampung Randukuning maka dilanjutkan dengan tradisi tasyakuran di Makam Brimbing Keris Penjawi, Kampung Kaborongan.
Ritual yang dilakukan rutin setiap bulan Apit untuk penanggalan Jawa ini, dipenuhi oleh warga sekitar untuk berdoa bersama agar diberikan berkah keselamatan dan kelancaran dalam menjalani kehidupan setiap harinya.
Makam Berimbing Keris Penjawi diyakini masyarakat sebagai tempat singgah Ki Ageng Penjawi
dengan menambatkan kudanya di pohon Berimbing keris. Seterusnya juga terdapat makam-makam, termasuk makam keturunan Adipati Joyokusumo, demikian diceritakan oleh salah satu sesepuh di sekitar makam tersebut.
"Dalam perkembangannya masyarakat sekitar menjadikan sebagai tempat yang dikeramatkan dan dihormati. Pada bulan Apit dan Suro dalam penanggalan Jawa, makam disini ramai dikunjungi," jelas Sutrisno sesepuh di Kaborongan sekitar makam Brimbing Keris Penjawi.
Namun yang sudah mentradisi di warga sekitar makam adalah adanya kebiasaan untuk mendapatkan kupon makanan. Dari anak-anak, remaja dan ibu-ibu serta nenek-nenek untuk berebut kupon atau keplek untuk mengambil makanan atau berkat dalam istilah Jawa.
"Memang yang menarik adalah tradisi rebutan kupon ini, warga ini mendapatkan berkat yang diyakini sudah didoakan bersama bisa memperoleh barokah," jelas Adi Rusmanto, Lurah Pati Lor.
Setiap kampung di Kelurahan Pati Lor memang punya cara dan tempat petilasan ataupun makam yang diyakini masyarakat setempat memberikan berkah bagi kehidupannya. Dengan tetap melestarikan tradisi khusunya Jawa memang sangat kental bagi masyarakat Pati.
"Di Kelurahan Pati Lor seperti di Randukuning ada 3 tempat yaitu Makam Troyudo, Petilasan Kleco dan Petilasan Gong Watu. Di Kaborongan juga ada 3 tempat yaitu Makam Adipati Tombronegoro, Makam Mbah Gantang dan Makam Berimbing Keris Penjawi," pungkas Adi Rusmanto.
Ritual yang dilakukan rutin setiap bulan Apit untuk penanggalan Jawa ini, dipenuhi oleh warga sekitar untuk berdoa bersama agar diberikan berkah keselamatan dan kelancaran dalam menjalani kehidupan setiap harinya.
Makam Berimbing Keris Penjawi diyakini masyarakat sebagai tempat singgah Ki Ageng Penjawi
dengan menambatkan kudanya di pohon Berimbing keris. Seterusnya juga terdapat makam-makam, termasuk makam keturunan Adipati Joyokusumo, demikian diceritakan oleh salah satu sesepuh di sekitar makam tersebut.
"Dalam perkembangannya masyarakat sekitar menjadikan sebagai tempat yang dikeramatkan dan dihormati. Pada bulan Apit dan Suro dalam penanggalan Jawa, makam disini ramai dikunjungi," jelas Sutrisno sesepuh di Kaborongan sekitar makam Brimbing Keris Penjawi.
Namun yang sudah mentradisi di warga sekitar makam adalah adanya kebiasaan untuk mendapatkan kupon makanan. Dari anak-anak, remaja dan ibu-ibu serta nenek-nenek untuk berebut kupon atau keplek untuk mengambil makanan atau berkat dalam istilah Jawa.
"Memang yang menarik adalah tradisi rebutan kupon ini, warga ini mendapatkan berkat yang diyakini sudah didoakan bersama bisa memperoleh barokah," jelas Adi Rusmanto, Lurah Pati Lor.
Setiap kampung di Kelurahan Pati Lor memang punya cara dan tempat petilasan ataupun makam yang diyakini masyarakat setempat memberikan berkah bagi kehidupannya. Dengan tetap melestarikan tradisi khusunya Jawa memang sangat kental bagi masyarakat Pati.
"Di Kelurahan Pati Lor seperti di Randukuning ada 3 tempat yaitu Makam Troyudo, Petilasan Kleco dan Petilasan Gong Watu. Di Kaborongan juga ada 3 tempat yaitu Makam Adipati Tombronegoro, Makam Mbah Gantang dan Makam Berimbing Keris Penjawi," pungkas Adi Rusmanto.
 |
| Warga sekitar Makam Berimbing Keris Penjawi kampun Kaborongan, Kelurahan Pati Lor berebut kupon yang akan ditukarkan berkat (makanan), Minggu (23/8/2015). |
0 komentar:
Posting Komentar