(Jateng Headline - JEPARA) Nasib
nahas terjadi pada bocah bernama Afriyanto, 15, warga RT 3/RW I Desa Geneng,
Batealit, Jepara. Ia meregang nyawa, dengan luka cukup para pada bagian
kepalanya. Sedangkan sang ibu, Siti Hadroh, 38, kondisinya masih kritis dengan
luka yang sama.
Dari keterangan Syahid, pada malamnya tidak
merasa mendengar suara keras dari rumah Siti Hadroh. Ia mengetahui ada suara
tangis baru pagi harinya.
Peristiwa tragis itu, kali pertama
diketahui Nur Syahid, 45, yang merupakan tetangga korban sekitar pukul 06.00.
Saat itu ia mendengar suara seperti orang menangis, lantas ia mengecek darimana
sumber suara itu, karena berasal dari rumah Siti Hadroh, maka ia pun penasaran
untuk melihatnya.
”Saya pun melihat ke dalam rumah korban.
Saya lihat kondisi Siti Hadroh sudah terkapar di lantai kamar, sebagian
tanganya menutupi kepalanya. Sedangkan suara tangis itu, berasal dari Afriyanto,
yang juga terkapar diatas tempat tidur, dilokasi yang sama dengan ibunya. Saat
itu juga, langsung saya laporkan ke Pak RT setempat dan memanggil warga sekitar
untuk segera memberikan pertolongan. Karena keduanya saat itu masih hidup,”
ungkap Syahid.
Lanjutnya, dibantu puluhan warga lain,
kedua korban dibawa ke Puskesmas Batealit. Setelah dilakukan pemeriksaan,
kondisi korban mengalami luka cukup parah pada bagian kepala. Sehingga, dirujuk
ke RSUD Kartini Jepara.
Sayangnya, setelah mendapatkan
perawatan, sekitar pukul 07.30 nyawa Afriyanto tak bisa diselamatkan. Karena
kondisi luka yang sangat parah pada bagian kepalanya. Sedangkan ibunya, saat
ini masih belum sadarkan diri dan di rawat di Ruang Teratai RSUD Kartini Jepara.
Dari keterangan tim medis RSUD Kartini yang
menangani kedua pasien menyebutkan. Keduanya mengalami luka pada bagian depan
kepala, menggunakan benda tumpul. Bahkan, pada kepala Afriyanto tulang
kepalanya ringsek kedalam, lantaran begitu keras mendapatkan pukulan yang belum
diketahui menggunakan alat apa. Sedangkan ibunya, mengalami pendarahan serius
karena pada bagian kepala yang juga mendapat perlakuan sama seperti anaknya.
Pelaku yang diduga melakukan tindak
kekerasan itu, adalah Serajuk, 45, yang merupakan ayah Afriyanto. Dugaan ini
menguat, lantaran sebelumnya ketiganya tinggal satu rumah dan pada saat Afriyanto
dan ibunya ditemukan warga dalam keadaan mengenaskan, Serajuk tidak ada di
rumah. Sehingga kuat dugaan, jika ia yang melakukan aksi tersebut. Karena tidak
ada tanda-tanda kejahatan lainya.
Berdasarkan informasi yang dihimpun, Siti Hadroh dan
Serajuk yang sebelumnya pasangan suami istri ini sudah bercerai pada 19
September 2015 lalu. Namun, sampai kemarin hubungan mereka masih baik-baik
saja. Karena Serajuk, juga masih tinggal di rumah mantan istrinya.
Warga asal Makasar, Sulawesi Utara ini,
diketahui hanya menganggur alias tidak bekerja. Kesibukkanya dirumah Siti
Hadroh hanya membantu nyapu, masak, cuci piring dan baju. Hal itu tidak menjadi
masalah bagi warga sekitar, karena memaklumi kondisi yang dialami Serajuk.
Nur Syahid, menjelaskan, pihaknya mengenal
betul sosok Serajuk, orangnya pendiam dan tidak banyak bicara. Meski begitu, ia
sosok yang ramah dan baik kepada siapapun.
”Sebelum kejadian, sekitar pukul 19.00
ia bersama Siti Hadroh juga sempat berkunjung ke rumah saya. Kami sedang
ngobrol-ngobrol biasa, namun sekitar pukul 20.30 ia berpamitan. Saya juga tidak
berfirasat apa-apa, karena mereka masih baik-baik saja,” jelas Syahid.
Rumah Siti Hadroh, 35, bersama anaknya Afriyanto, 15, di RT 3/RW I Desa Geneng, Batealit, Jepara di police line petugas, karena masih dalam tahap penyelidikan. |
0 komentar:
Posting Komentar