(Jateng Headline - PATI) Penambangan pasir liar di Desa Selok
Awar-awar, Kabupaten Lumajang, Jawa Timur akhirnya memakan korban penentang
praktek illegal tersebut. Salah satu penentang praktek penambangan pasir liar adalah Salim
Kancil dan Tosan. Salim Kancil akhirnya harus meregang nyawa dan Tosan luka
parah di bagian perutnya dan masih dirawat di rumah sakit.
Peristiwa pembantaian Salim Kancil
dan Tosan menjadikan preseden buruk aparat penegak hukum dan pemerintah daerah
setempat.
“Ke mana lagi rakyat harus mencari
perlindungan, ketika perangkat pemerintah daerah hingga aparat penegak hukum tutup
mata seolah tidak tahu. Dan merekapun
justru sibuk bagaimana cara agar bisa
memperoleh jatah dan mengabaikan hak
rakyat dan lingkungan,” beber Koordinator Gerakan Bocah Angon Lereng Kendeng
Utara, Azis Wisanggeni, setelah aksi solidaritas untuk Salim Kancil dan Tosan, di
sumber air dan Makam Nggoboyo, Desa Brati, Kecamatan Kayen Kabupaten Pati,
Minggu (4/10/2015).
Sebelumnya,
dilakukan pemanjatan doa untuk almarhum Salim Kancil dan kesembuhan Tosan.
Selanjutnya mereka menyanyikan lagu
'Beri Kami Hidup' yang bercerita tentang kehidupan kedepan yang tidak bisa
lepas dari alam dan lingkungan.
“Kami
berharap dengan menyanyikan lagu tersebut, bisa menjadi inspirasi bahwa kekayaan
bumi jangan dihabiskan saat ini,” terangnya.
Acara
yang dihadiri oleh masyarakat dan tokoh Desa Brati ini, kemudian dilanjutkan
dengan Gerakan Bocah Angon meminta izin dan sungkem pada masyarakat yang sejauh
ini sudah berjuang menolak rencana tambang Semen di wilayah Pegunungan Kendeng
Utara.
“Memohon
doa restu dan meminta izin untuk selalu
berjuang dan memelihara alam serta keutuhan lingkungan pada orang tua dan
sesepuh masyarakat,” tandasnya.
Kegiatan
solidaritas dari Gerakan Bocah Angon bertemakan "Doa Air Mata" untuk Salim kancil
dan Tosan, diteruskan dengan aksi teatrikal yang menggambarkan sebuah negeri
yang terbalik. Banyak ibu-ibu yang hadirpun sempat menitikkan air mata dengan
aksi tersebut.
“Teatrikal
ini melukiskan bahwa keadaan dimana masyarakat yang sebetulnya harus dilayani
oleh para pemangku kekuasaan, bukan rakyat yang menjadi tumbal kekuasaan,” jelasnya.
Gerakan
Bocah Angon ini diharapkan menjadi generasi penerus atas perjuangan para
orang tua masyarakat Pegunungan Kendeng
Utara.
“Konflik
lingkungan pasti terjadi dan perjuangan masyarakat inilah yang menjadi
pengendali penguasa yang serakah dengan kekuasaannya,” tambahnya.
Azis
Wisanggeni juga mendesak pada pemerintah dan penegak hukum agar bisa secepatnya
mengusut tuntas dan tidak tebang pilih kasus yang menimpa Salim Kancil dan
Tosan.
“Sudah
seharusnya kasus tersebut diusut tuntas dan tidak ada pengecualian bagi
siapapun. Baik kadesnya atau oknum
penegak hukum serta oknum dari pemerintah setempat. Oleh karena itu dengan aksi solidaritas ini
kami berharap agar kasus-kasus serupa tidak terjadi lagi. Terutama menyangkut
konflik lahan atau penambangan, terutama di Kabupaten Pati,” pungkasnya.
Teatrikal dalam aksi solidaritas untuk Salim Kancil dan Tosan oleh Gerakan Bocah Angon, di Nggoboyo, Desa Brati Kayen, Minggu (4/10/2015). |
0 komentar:
Posting Komentar