(Jateng Headline - SEMARANG) Mahasiswa yang tergabung GerakanMahasiswaNasional Indonesia (GMNI) se Kota Semarang berempati dengan melakukan penggalangan dana yang dilakukan selama 3 hari mulai 8-10 Desember 2022 yang tersebar di beberapa titik di Kota Semarang, untuk korban banjir bandang di Pati.
Dari hasil penggalangan dana tersebut, perwakilan GMNI se Kota Semarang kemudian menyerahkan untuk korban banjir bandang di Desa Sinomwidodo, KecamatanTambakromo Kabupaten Pati, Minggu (11/12/2022).
Perwakilan GMNI Kota Semarang saat menyerahkan bantuan untuk korban banjir bandang di Desa Sinomwidodo Kecamatan Tambakromo Pati, Minggu (11/12/2022) |
Hal itu diungkapkan oleh Ketua GMNI Kota Semarang Harungguan Desmon Tampubolon bahwa pihaknya tergerak untuk melakukan penggalangan untuk meringankan beban warga yang terdampak banjir bandang di Pati.
"Kami ikut prihatin dan tergerak untuk melakukan penggalangan dana di beberapa titik di Semarang untik selanjutnya disumbangkan pada korban banjir," ungkapnya.
Lebih lanjut menurut Harungguan Desmon Tampubolon, pihaknya tidak hanya memberikan bantuan untuk korban banjir bandang saja, namun juga melakukan research terkait dengan penyebab banjir bandang di Pati.
"Kami juga melakukan pengecekan kondisi di lapangan, terkait dengan penyebab banjir bandang ini. Karena banjir bandang yang terjadi sangat membuat trauma masyarakat yang terdampak," katanya.
Pegunungan Kendeng Utara yang gundul saat ini, dinilai GMNI Kota Semarang sangat masif. Pegunungan Kendeng sangat kritis sehingga jika terjadi hujan dengan intesitas tinggi, maka bisa menjadi petaka yaitu banjir bandang.
"Saat ini, kondisi Pegunungan Kendeng yang berada di wilayah Pati sangat kritis. Sehingga jika intensitas hujan tinggi sangat berbahaya karena air akan meluncur deras ke bawah," jelasnya.
Kurangnya resapan air akibat gundulnya Pegunungan Kendeng ditengarai mengakibatkan longsornya tanah dan dibarengi air yang bercampur tanah sehingga mengakibatkan bencana di Desa Sinomwidodo, Gunungpanti dan Godo terparah di tahun 2022.
"Tidak hanya pemukiman warga yang tergerus banjir namun juga areal pemakaman umum juga ikut tergerus. Areal pemakaman yang berada di pinggir sungai ikut longsor, kondisi makam pun menjadi rusak," tambahnya.
Dari data yang diperoleh GMNI Kota Semarang, ada beberapa jenazah ikut hanyut terbawa arus sungai, dan bahkan jenazah seorang balita yang baru dikebumikan sekitar 100 hari ikut terbawa arus sampai saat ini masih belum ditemukan.
"Selanjutnya, kami akan memberikan sosialisasi kepada masyarakat terhadap kesadaran tentang pentingnya kelestarian lingkungan guna mengurangi resiko bencana alam. Hal itu penting, sebagai antisipasi adanya bencana alam yang tidak bisa diprediksi kapan datangnya." pungkas Harungguan Desmon Tampubolon. (HP)
0 komentar:
Posting Komentar